Sabtu, 13 April 2013

Contoh kasus PUBLIC RELATION



Contoh kasus PUBLIC RELATION

Dalam sebuah organisasi atau Perusahaan, hampir dapat dipastikan memiliki Public Relation.Hal ini disebabkan karna tidak semua permasalahan dapat dikerjakan sendiri oleh menejer atau pemilik perusahaan.Inilah yang kemudian membuat mereka membutuhkan peran Public Relation dalam sebuah perusahaan atau organisasi.walaupun kenyataannya tugas PR bukan hanya menyelesaikan masalah saja. tapi banyak yang lainnya. Seperti ; publising, advertising, hubungan internal, dsb.
Berbeda PR biasanya akan berbeda juga strategi penyelesaian kasusnya. Inilah yang dapat menjadi level penilaian profesionalitas seorang PR. Yang jelas kerja PR haruslah sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, dan tentunya haruslah sesuai dengan pedoman kerja yang profesional.
Tanpa bermaksud mendukung atau menjelek-jelekkan partai terkait, contah kasus di bawah ini penulis gunakan sebagai bahan pengembangan ilmu dalam memahami PR.
Berikut salah satu contoh peran PR Partai Demokrat dalam menyelesaikan permasalahannya :

“Partai Demokrat dan isu-isu politiknya”

Pada pemilu 2004 Partai Demorat banyak diterpa isu negatif menyangkut urusan agama hingga isu dana bantuan dari negara asing.
Selebaran-selebaran tersebar keseluruh pelosok negeri.Selebaran itu bernada menyudutkan SBY (Susilo Bambang Yudoyono), tokoh Partai Demokrat yang dicalonkan menjadi presiden Republik Indonesia 2004-2009. Selain partai Demokrat diisukan akan melakukan kristenisasi, SBY yang diusung partai Demokrat sebagai calon presiden juga disebut-sebut agen CIA. Akibatnya, di Kendari Sulawesi Tenggara, misalnya, beredar selebaran berisikan ajakan kepada kaum muslim supaya tidak memilih Partai Demokrat.
Selebaran serupa juga beredar di Cimahi, Jawa Barat. Disebutkan dalam selebaran, calon Presiden dan Partai Demokrat akan melakukan kristenisasi jika terpilih menjadi presiden. Partai Demokrat juga diisukan mendapat dana dari CIA untuk berkampanye. Kasus ini terungkap dari laporan warga yang menemukan selebaran tersebut di halaman rumah mereka.
Kampanye hitam (Black Campaign) itu membuat was-was para pendukung Partai Demokrat. Isu berbau SARA itu disebarkan menjelang Pemilu Legislatif 5 April 2004 dan saat-saat sebelum pemilihin presiden tahap pertama berlangsung di mana SBY yang berpasangan dengan JK (Jusuf Kalla) memastikan diri menjadi salah satu dari lima calon pasangan presiden yang hendak berlaga.
Menanggapi serangan negatif itu, kubu partai demokrat mulai membuat klarifikasi melalui selebaran, situs internet, dan media massa. Salah satu klarifikasi itu dibuat oleh kelompok yang menyebutkan dari Tim Relawan Muslim untuk pilpres yang jujur.Dan ini adalah salah satu peranan public Relation dalam menghadapi permasalahan partai tersebut.
Selebaran itu di tanda tangani Ali Mochtar Ngabalin, Dr. Sofyan Djalil dan Prof. Dr. Musa Asy’ari.
Berkut isi himbauan pada selembaran menanggapi isu-isu terkait :

Himbauan Kepada Umat Islam
23-6-2004
Diterbitkan oleh : Tim Relawan Muslim untuk PILPRES YANG JUJUR
Jl. Raya Pasar Minggu No 17 A Jakarta Selatan.

Akhir-akhir ini banyak sekali selebaran yang merupakan fitnah teradap Calon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.Fitnah tersebut sangat bertentangan dengan tuntunan Islam.“Fitnah tersebut lebih berbahaya (dan dosanya di sisi Allah) dari pada pembunuhan.” (Al Baqarah: 217), “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik yang membawa suatu berita , maka periksalah dengan teliti (fata-baiyanu),…”(Al Hujarat: 6)
“katakanlah kekuasaan itu milik Allah. Diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki, dan ambil dari siapa saja yang dikehendaki…” (Al Qur’an).
Bentuk fitnah terhadap pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla (SBY-JK).
1. Ibu Ani pindah agama, yang benar ibu Ani seorang muslim sejak lahir, anak dari Alm. Jendral Sarwo Edhi Wibowo. Ibu Ani seorang muslim yang taat sudah menjadi Hajjah dan umroh beberapa kali.
2. SBY didukung oleh orang-orang nonmuslim. Yang benar SBY-JK didukung oleh Partai Demokrat, Partai Bulan Bintang (PBB), dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKIP).
3. Mayoritas anggota DPR Partai Demokrat adalah Kristen/katolik. Yang benar anggota DPR yang terpilih Partai Demokrat adalah sbb: muslim 41, Kristen/katolik 13, Hindu 2 dan Budha 1. Total 57.Untuk diingat Partai Demokrat adalah Partai terbuka, semua warga Negara berhak menjadi anggota.
4. SBY difitnah di STAIN Ambon menyatakan “akan memerangi siapa saja yang akan menerapkan Syariat Islam” hal tersebut dibantah oleh Ustadz MuhamadAttamimi, Direktur STAIN Ambon. SBY tidak pernah bicara hal tersebut.Sikap SBY-JK adalah setiap warga Negara berhak menjalankan Syariat/hokum agama nya.Dalam kehidupan bernegara kita berpedoman kepada konstitusi / UUD 1945.
5. SBY difitnah meneriima bantuan dari CIA/AS. Yang benar SBY-JK tidak pernah menerima uang dari pihak asing manapun. SBY-JK akan menerima sumbangan selama sah, halal dan tidak mengikat sesuai UU. Sumbangan dari konglomerat hitam ditolak mentah-mentah. Semua sumbangan akan diumumkan kepada public sesuai ketentuan Undang-undang.
Mari kita hindari fitnah.Jika niat ikhlas pemilihan presiden adalah ibadah.Siapa pemenang adalah takdir Allah karena Dia segala kekuasaan.Semoga Allah senantiasa memberikan taufik dan HidayahNya kepada kita semua.

Wasalam
H Ali Mochtar Ngabalin, MA
Dr. Sofyan A. Djalil, SH
Dr. Yusron Ihza
Prof. Dr. Musa Asy’ari.

Selebaran ini ternyata ampuh untuk mengklarifikasi isu-isu tidak benar yang pernah berkembang di masyarakat.Meski diterpa isu-isu negatif, akhirnya minat pemilih untuk mencoblos Partai Demokrat tidak goyah.Terbukti Partai Demokrat berhasil menempatkan 56 orang wakilnya di DPR RI.Satu prestasi yang tentu layak mendapat acungan jempol.Dan berkait dengan isu-isu negatif yang sebelumnya beredar, DPP Partai Demokrat menggelar jumpa pers kembali.Intinya, Partai Demokrat menegaskan bahwa isu kristenisasi tidak benar. Buktinya dari 56 anggota DPR terpilih, 41 diantaranya beragama Islam dan sisanya non-Islam dengan perincian 12 beragama Kristen, 2 beragama Hindu, dan 2 beragama Buddha.


PR dalam isu di atas melakukan penyelesaian dengan menggunakan media 'selebaran' yang disebarkan langsung kepada masyakat. Selain itu, mereka juga menggunakan dan mengkaitkan nama orang-orang yang dipercaya dikalangan masyarakat. Tentunya sesuai dengan isu yang berkembang, yaitu ahli agama dan ahli politik.jika kita lihat pada kasus ini mereka menggunakan nama empat orang tokoh terkenal seperti H Ali Mochtar Ngabalin, MA, Dr. Sofyan A. Djalil, SH, Dr. Yusron Ihza, dan Prof. Dr. Musa Asy’ari untuk membersihkan namanya dari fitnah isu yang beredar di kalangan masyarakat. Dengan mengusung kalimat "Pilpres yang Jujur" dan juga tokoh-tokoh ternama, cara ini termasuk cukup jitu untuk kembali mendapatkan kepercayaan masyarakat. karena yang pertama, mudah diakses oleh masyarakat berhubung selebaran langsung sampai di tangan mereka, dan cukup cerdas dan bijak karena menggunakan tokoh masyarakat yang tadi tersebut. Barangkali Kata kasarnya "jika ingin menaklukkan sebuah negeri, taklukan dulu rajanya". Mungkin semacam itulah yang dapat kita gambarkan pada kasus ini.
Akan jauh berbeda jika ditanggapi dengan menganggap masyarakat tidak jeli dalam menerima informasi.jika hal itu dikatakan oleh PR, bisa jadi masyarakat menjadi tersinggung dan bahkan membenci partai tersebut. Tapi dengan cara lembut dan pendekatan yang wajar biasanya masyarakat akan mudah memahami dan menerimanya. olehkarena itu, PR harus cerdas dan memahami objek dan subjek permasalahan itu. Baru kemudian mencoba mencari cara yang sesuai untuk menyelesaikannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar