William J.Seller mengatakan bahwa komunikasi adalah proses
dimana simbol verbal dan nonverbal dikirimkan, diterima dan diberi arti.
Sabtu, 13 April 2013
Contoh kasus PUBLIC RELATION
Dalam sebuah organisasi atau Perusahaan, hampir dapat dipastikan
memiliki Public Relation.Hal ini disebabkan karna tidak semua permasalahan
dapat dikerjakan sendiri oleh menejer atau pemilik perusahaan.Inilah yang
kemudian membuat mereka membutuhkan peran Public Relation dalam sebuah
perusahaan atau organisasi.walaupun kenyataannya tugas PR bukan hanya
menyelesaikan masalah saja. tapi banyak yang lainnya. Seperti ; publising,
advertising, hubungan internal, dsb.
Berbeda PR biasanya akan berbeda juga strategi penyelesaian kasusnya. Inilah yang dapat menjadi level penilaian profesionalitas seorang PR. Yang jelas kerja PR haruslah sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, dan tentunya haruslah sesuai dengan pedoman kerja yang profesional.
Tanpa bermaksud mendukung atau menjelek-jelekkan partai terkait, contah kasus di bawah ini penulis gunakan sebagai bahan pengembangan ilmu dalam memahami PR.
Berikut salah satu contoh peran PR Partai Demokrat dalam menyelesaikan permasalahannya :
“Partai Demokrat dan isu-isu politiknya”
Pada pemilu 2004 Partai Demorat banyak diterpa isu negatif menyangkut urusan agama hingga isu dana bantuan dari negara asing.
Selebaran-selebaran tersebar keseluruh pelosok negeri.Selebaran itu bernada menyudutkan SBY (Susilo Bambang Yudoyono), tokoh Partai Demokrat yang dicalonkan menjadi presiden Republik Indonesia 2004-2009. Selain partai Demokrat diisukan akan melakukan kristenisasi, SBY yang diusung partai Demokrat sebagai calon presiden juga disebut-sebut agen CIA. Akibatnya, di Kendari Sulawesi Tenggara, misalnya, beredar selebaran berisikan ajakan kepada kaum muslim supaya tidak memilih Partai Demokrat.
Selebaran serupa juga beredar di Cimahi, Jawa Barat. Disebutkan dalam selebaran, calon Presiden dan Partai Demokrat akan melakukan kristenisasi jika terpilih menjadi presiden. Partai Demokrat juga diisukan mendapat dana dari CIA untuk berkampanye. Kasus ini terungkap dari laporan warga yang menemukan selebaran tersebut di halaman rumah mereka.
Kampanye hitam (Black Campaign) itu membuat was-was para pendukung Partai Demokrat. Isu berbau SARA itu disebarkan menjelang Pemilu Legislatif 5 April 2004 dan saat-saat sebelum pemilihin presiden tahap pertama berlangsung di mana SBY yang berpasangan dengan JK (Jusuf Kalla) memastikan diri menjadi salah satu dari lima calon pasangan presiden yang hendak berlaga.
Menanggapi serangan negatif itu, kubu partai demokrat mulai membuat klarifikasi melalui selebaran, situs internet, dan media massa. Salah satu klarifikasi itu dibuat oleh kelompok yang menyebutkan dari Tim Relawan Muslim untuk pilpres yang jujur.Dan ini adalah salah satu peranan public Relation dalam menghadapi permasalahan partai tersebut.
Selebaran itu di tanda tangani Ali Mochtar Ngabalin, Dr. Sofyan Djalil dan Prof. Dr. Musa Asy’ari.
Berkut isi himbauan pada selembaran menanggapi isu-isu terkait :
Himbauan Kepada Umat Islam
23-6-2004
Diterbitkan oleh : Tim Relawan Muslim untuk PILPRES YANG JUJUR
Jl. Raya Pasar Minggu No 17 A Jakarta Selatan.
Akhir-akhir ini banyak sekali selebaran yang merupakan fitnah teradap Calon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.Fitnah tersebut sangat bertentangan dengan tuntunan Islam.“Fitnah tersebut lebih berbahaya (dan dosanya di sisi Allah) dari pada pembunuhan.” (Al Baqarah: 217), “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik yang membawa suatu berita , maka periksalah dengan teliti (fata-baiyanu),…”(Al Hujarat: 6)
“katakanlah kekuasaan itu milik Allah. Diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki, dan ambil dari siapa saja yang dikehendaki…” (Al Qur’an).
Bentuk fitnah terhadap pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla (SBY-JK).
1. Ibu Ani pindah agama, yang benar ibu Ani seorang muslim sejak lahir, anak dari Alm. Jendral Sarwo Edhi Wibowo. Ibu Ani seorang muslim yang taat sudah menjadi Hajjah dan umroh beberapa kali.
2. SBY didukung oleh orang-orang nonmuslim. Yang benar SBY-JK didukung oleh Partai Demokrat, Partai Bulan Bintang (PBB), dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKIP).
3. Mayoritas anggota DPR Partai Demokrat adalah Kristen/katolik. Yang benar anggota DPR yang terpilih Partai Demokrat adalah sbb: muslim 41, Kristen/katolik 13, Hindu 2 dan Budha 1. Total 57.Untuk diingat Partai Demokrat adalah Partai terbuka, semua warga Negara berhak menjadi anggota.
4. SBY difitnah di STAIN Ambon menyatakan “akan memerangi siapa saja yang akan menerapkan Syariat Islam” hal tersebut dibantah oleh Ustadz MuhamadAttamimi, Direktur STAIN Ambon. SBY tidak pernah bicara hal tersebut.Sikap SBY-JK adalah setiap warga Negara berhak menjalankan Syariat/hokum agama nya.Dalam kehidupan bernegara kita berpedoman kepada konstitusi / UUD 1945.
5. SBY difitnah meneriima bantuan dari CIA/AS. Yang benar SBY-JK tidak pernah menerima uang dari pihak asing manapun. SBY-JK akan menerima sumbangan selama sah, halal dan tidak mengikat sesuai UU. Sumbangan dari konglomerat hitam ditolak mentah-mentah. Semua sumbangan akan diumumkan kepada public sesuai ketentuan Undang-undang.
Mari kita hindari fitnah.Jika niat ikhlas pemilihan presiden adalah ibadah.Siapa pemenang adalah takdir Allah karena Dia segala kekuasaan.Semoga Allah senantiasa memberikan taufik dan HidayahNya kepada kita semua.
Wasalam
H Ali Mochtar Ngabalin, MA
Dr. Sofyan A. Djalil, SH
Dr. Yusron Ihza
Prof. Dr. Musa Asy’ari.
Selebaran ini ternyata ampuh untuk mengklarifikasi isu-isu tidak benar yang pernah berkembang di masyarakat.Meski diterpa isu-isu negatif, akhirnya minat pemilih untuk mencoblos Partai Demokrat tidak goyah.Terbukti Partai Demokrat berhasil menempatkan 56 orang wakilnya di DPR RI.Satu prestasi yang tentu layak mendapat acungan jempol.Dan berkait dengan isu-isu negatif yang sebelumnya beredar, DPP Partai Demokrat menggelar jumpa pers kembali.Intinya, Partai Demokrat menegaskan bahwa isu kristenisasi tidak benar. Buktinya dari 56 anggota DPR terpilih, 41 diantaranya beragama Islam dan sisanya non-Islam dengan perincian 12 beragama Kristen, 2 beragama Hindu, dan 2 beragama Buddha.
PR dalam isu di atas melakukan penyelesaian dengan menggunakan media 'selebaran' yang disebarkan langsung kepada masyakat. Selain itu, mereka juga menggunakan dan mengkaitkan nama orang-orang yang dipercaya dikalangan masyarakat. Tentunya sesuai dengan isu yang berkembang, yaitu ahli agama dan ahli politik.jika kita lihat pada kasus ini mereka menggunakan nama empat orang tokoh terkenal seperti H Ali Mochtar Ngabalin, MA, Dr. Sofyan A. Djalil, SH, Dr. Yusron Ihza, dan Prof. Dr. Musa Asy’ari untuk membersihkan namanya dari fitnah isu yang beredar di kalangan masyarakat. Dengan mengusung kalimat "Pilpres yang Jujur" dan juga tokoh-tokoh ternama, cara ini termasuk cukup jitu untuk kembali mendapatkan kepercayaan masyarakat. karena yang pertama, mudah diakses oleh masyarakat berhubung selebaran langsung sampai di tangan mereka, dan cukup cerdas dan bijak karena menggunakan tokoh masyarakat yang tadi tersebut. Barangkali Kata kasarnya "jika ingin menaklukkan sebuah negeri, taklukan dulu rajanya". Mungkin semacam itulah yang dapat kita gambarkan pada kasus ini.
Akan jauh berbeda jika ditanggapi dengan menganggap masyarakat tidak jeli dalam menerima informasi.jika hal itu dikatakan oleh PR, bisa jadi masyarakat menjadi tersinggung dan bahkan membenci partai tersebut. Tapi dengan cara lembut dan pendekatan yang wajar biasanya masyarakat akan mudah memahami dan menerimanya. olehkarena itu, PR harus cerdas dan memahami objek dan subjek permasalahan itu. Baru kemudian mencoba mencari cara yang sesuai untuk menyelesaikannya.
Berbeda PR biasanya akan berbeda juga strategi penyelesaian kasusnya. Inilah yang dapat menjadi level penilaian profesionalitas seorang PR. Yang jelas kerja PR haruslah sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, dan tentunya haruslah sesuai dengan pedoman kerja yang profesional.
Tanpa bermaksud mendukung atau menjelek-jelekkan partai terkait, contah kasus di bawah ini penulis gunakan sebagai bahan pengembangan ilmu dalam memahami PR.
Berikut salah satu contoh peran PR Partai Demokrat dalam menyelesaikan permasalahannya :
“Partai Demokrat dan isu-isu politiknya”
Pada pemilu 2004 Partai Demorat banyak diterpa isu negatif menyangkut urusan agama hingga isu dana bantuan dari negara asing.
Selebaran-selebaran tersebar keseluruh pelosok negeri.Selebaran itu bernada menyudutkan SBY (Susilo Bambang Yudoyono), tokoh Partai Demokrat yang dicalonkan menjadi presiden Republik Indonesia 2004-2009. Selain partai Demokrat diisukan akan melakukan kristenisasi, SBY yang diusung partai Demokrat sebagai calon presiden juga disebut-sebut agen CIA. Akibatnya, di Kendari Sulawesi Tenggara, misalnya, beredar selebaran berisikan ajakan kepada kaum muslim supaya tidak memilih Partai Demokrat.
Selebaran serupa juga beredar di Cimahi, Jawa Barat. Disebutkan dalam selebaran, calon Presiden dan Partai Demokrat akan melakukan kristenisasi jika terpilih menjadi presiden. Partai Demokrat juga diisukan mendapat dana dari CIA untuk berkampanye. Kasus ini terungkap dari laporan warga yang menemukan selebaran tersebut di halaman rumah mereka.
Kampanye hitam (Black Campaign) itu membuat was-was para pendukung Partai Demokrat. Isu berbau SARA itu disebarkan menjelang Pemilu Legislatif 5 April 2004 dan saat-saat sebelum pemilihin presiden tahap pertama berlangsung di mana SBY yang berpasangan dengan JK (Jusuf Kalla) memastikan diri menjadi salah satu dari lima calon pasangan presiden yang hendak berlaga.
Menanggapi serangan negatif itu, kubu partai demokrat mulai membuat klarifikasi melalui selebaran, situs internet, dan media massa. Salah satu klarifikasi itu dibuat oleh kelompok yang menyebutkan dari Tim Relawan Muslim untuk pilpres yang jujur.Dan ini adalah salah satu peranan public Relation dalam menghadapi permasalahan partai tersebut.
Selebaran itu di tanda tangani Ali Mochtar Ngabalin, Dr. Sofyan Djalil dan Prof. Dr. Musa Asy’ari.
Berkut isi himbauan pada selembaran menanggapi isu-isu terkait :
Himbauan Kepada Umat Islam
23-6-2004
Diterbitkan oleh : Tim Relawan Muslim untuk PILPRES YANG JUJUR
Jl. Raya Pasar Minggu No 17 A Jakarta Selatan.
Akhir-akhir ini banyak sekali selebaran yang merupakan fitnah teradap Calon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.Fitnah tersebut sangat bertentangan dengan tuntunan Islam.“Fitnah tersebut lebih berbahaya (dan dosanya di sisi Allah) dari pada pembunuhan.” (Al Baqarah: 217), “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik yang membawa suatu berita , maka periksalah dengan teliti (fata-baiyanu),…”(Al Hujarat: 6)
“katakanlah kekuasaan itu milik Allah. Diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki, dan ambil dari siapa saja yang dikehendaki…” (Al Qur’an).
Bentuk fitnah terhadap pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla (SBY-JK).
1. Ibu Ani pindah agama, yang benar ibu Ani seorang muslim sejak lahir, anak dari Alm. Jendral Sarwo Edhi Wibowo. Ibu Ani seorang muslim yang taat sudah menjadi Hajjah dan umroh beberapa kali.
2. SBY didukung oleh orang-orang nonmuslim. Yang benar SBY-JK didukung oleh Partai Demokrat, Partai Bulan Bintang (PBB), dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKIP).
3. Mayoritas anggota DPR Partai Demokrat adalah Kristen/katolik. Yang benar anggota DPR yang terpilih Partai Demokrat adalah sbb: muslim 41, Kristen/katolik 13, Hindu 2 dan Budha 1. Total 57.Untuk diingat Partai Demokrat adalah Partai terbuka, semua warga Negara berhak menjadi anggota.
4. SBY difitnah di STAIN Ambon menyatakan “akan memerangi siapa saja yang akan menerapkan Syariat Islam” hal tersebut dibantah oleh Ustadz MuhamadAttamimi, Direktur STAIN Ambon. SBY tidak pernah bicara hal tersebut.Sikap SBY-JK adalah setiap warga Negara berhak menjalankan Syariat/hokum agama nya.Dalam kehidupan bernegara kita berpedoman kepada konstitusi / UUD 1945.
5. SBY difitnah meneriima bantuan dari CIA/AS. Yang benar SBY-JK tidak pernah menerima uang dari pihak asing manapun. SBY-JK akan menerima sumbangan selama sah, halal dan tidak mengikat sesuai UU. Sumbangan dari konglomerat hitam ditolak mentah-mentah. Semua sumbangan akan diumumkan kepada public sesuai ketentuan Undang-undang.
Mari kita hindari fitnah.Jika niat ikhlas pemilihan presiden adalah ibadah.Siapa pemenang adalah takdir Allah karena Dia segala kekuasaan.Semoga Allah senantiasa memberikan taufik dan HidayahNya kepada kita semua.
Wasalam
H Ali Mochtar Ngabalin, MA
Dr. Sofyan A. Djalil, SH
Dr. Yusron Ihza
Prof. Dr. Musa Asy’ari.
Selebaran ini ternyata ampuh untuk mengklarifikasi isu-isu tidak benar yang pernah berkembang di masyarakat.Meski diterpa isu-isu negatif, akhirnya minat pemilih untuk mencoblos Partai Demokrat tidak goyah.Terbukti Partai Demokrat berhasil menempatkan 56 orang wakilnya di DPR RI.Satu prestasi yang tentu layak mendapat acungan jempol.Dan berkait dengan isu-isu negatif yang sebelumnya beredar, DPP Partai Demokrat menggelar jumpa pers kembali.Intinya, Partai Demokrat menegaskan bahwa isu kristenisasi tidak benar. Buktinya dari 56 anggota DPR terpilih, 41 diantaranya beragama Islam dan sisanya non-Islam dengan perincian 12 beragama Kristen, 2 beragama Hindu, dan 2 beragama Buddha.
PR dalam isu di atas melakukan penyelesaian dengan menggunakan media 'selebaran' yang disebarkan langsung kepada masyakat. Selain itu, mereka juga menggunakan dan mengkaitkan nama orang-orang yang dipercaya dikalangan masyarakat. Tentunya sesuai dengan isu yang berkembang, yaitu ahli agama dan ahli politik.jika kita lihat pada kasus ini mereka menggunakan nama empat orang tokoh terkenal seperti H Ali Mochtar Ngabalin, MA, Dr. Sofyan A. Djalil, SH, Dr. Yusron Ihza, dan Prof. Dr. Musa Asy’ari untuk membersihkan namanya dari fitnah isu yang beredar di kalangan masyarakat. Dengan mengusung kalimat "Pilpres yang Jujur" dan juga tokoh-tokoh ternama, cara ini termasuk cukup jitu untuk kembali mendapatkan kepercayaan masyarakat. karena yang pertama, mudah diakses oleh masyarakat berhubung selebaran langsung sampai di tangan mereka, dan cukup cerdas dan bijak karena menggunakan tokoh masyarakat yang tadi tersebut. Barangkali Kata kasarnya "jika ingin menaklukkan sebuah negeri, taklukan dulu rajanya". Mungkin semacam itulah yang dapat kita gambarkan pada kasus ini.
Akan jauh berbeda jika ditanggapi dengan menganggap masyarakat tidak jeli dalam menerima informasi.jika hal itu dikatakan oleh PR, bisa jadi masyarakat menjadi tersinggung dan bahkan membenci partai tersebut. Tapi dengan cara lembut dan pendekatan yang wajar biasanya masyarakat akan mudah memahami dan menerimanya. olehkarena itu, PR harus cerdas dan memahami objek dan subjek permasalahan itu. Baru kemudian mencoba mencari cara yang sesuai untuk menyelesaikannya.
KEGUNAAN BELAJAR ILMU KOMUNIKASI
Mengapa kita mempelajari ilmu komunikasi ?Ruben&Steward,
(2005:1-8) menyatakan bahwa :
1. Komunikasi adalah fundamental dalam kehidupan kita.
Dalam kehidupan kita sehari-hari komunikasi memegang peranan
yang sangat penting. Kita tidak bisa tidak berkomunikasi.tidak ada aktifitas
yang dilakukan tanpa komunikasi, dikarenakan kita dapat membuat beberapa
perbedaan yang esensial manakala kita berkomunikasi dengan orang lain.Demikian
pula sebaliknya, orang lain akan berkomunikasi dengan kita ,baik dalam jangka
pendek ataupun jangka panjang. Cara kita berhubungan satu dengan lainnya,
bagimana suatu hubungan kita bentuk, bagaimana cara kita memberikan kontribusi
sebagai anggota keluarga, kelompok, komunitas, organisasi dan masyarakat secara
luas membutuhkan suatu komunikasi.Sehingga menjadikan komunikasi tersebut
menjadi hal yang sangat fundamental dalam kehidupan kita.
2. Komunikasi adalah merupakan suatu aktifitas komplek.
Komunikasi adalah suatu aktifitas yang komplek dan
menantang.Dalam hal ini ternyata aktifitas komunikasi bukanlah suatu aktifitas
yang mudah.Untuk mencapai kompetensi komunikasi memerlukan understanding dan suatu
ketrampilan sehingga komunikasi yang kita lakukan menjadi efektif. Ellen langer
dalam Ruben&Stewat( 2005:3) menyebut
konsep mindfulness akan terjadi ketika kita memberikan perhatian pada situasi
dan konteks, kita terbuka dengan informasi baru dan kita menyadari bahwa ada
banyak perspektif tidak hanya satu persepektif di kehidupan manusia.
3. Komunikasi adalah vital untuk suatu kedudukan/posisi
yang efektif.
Karir dalam bisnis, pemerintah, atau pendidikan memerlukan kemampuan
dalam memahami situasi komunikasi, mengembangkan strategi komunikasi efektif,
memerlukan kerjasama antara satu dengan yang lain, dan dapat menerima atas
kehadiran ide-ide yang efektif melalui saluran saluran komunikasi. Untuk
mencapai kesuksesan dari suatu kedudukan/ posisi tertentu dalam mencapai
kompetensi komunikasi antara lain melalui kemampuan secara personal dan sikap,
kemampuan interpersonal, kemampuan dalam melakukan komunikasi oral dan tulisan
dan lain sebagainya.
4. Suatu pendidikan yang tinggi tidak menjamin kompetensi
komunikasi yang baik.
Kadang-kadang kita menganggap bahwa komunikasi itu hanyalah
suatu yang bersifat common sense dan setiap orang pasti mengetahui bagaimana
berkomunikasi. Padahal sesungguhnya banyak yang tidak memilki ketrampilan
berkomunikasi yang baik karena ternyata banyak pesan-pesan dalam komunikasi
manusia itu yang disampaikan tidak hanya dalam bentuk verbal tetapi juga
nonverbal, ada ketrampilan komunikasi dalam bentuk tulisan dan oral, ada
ketrampilan berkomunikasi secara interpersonal, ataupun secara kelompok
sehingga kita dapat berkolaborasi sebagai anggota dengan baik, dan lain-lain.
Kadang-kadang kita juga mengalami kegagalan dalam berkomunikasi.Banyak yang
berpendidikan tinggi tetapi tidak memilki ketrampilan berkomunikasi secara baik
dan memadai sehingga mengakibatkan kegagalan dalam berinteraksi dengan manusia
lainnya.Sehingga komunikasi itu perlu kita pelajari.
5. Komunikasi adalah populer.
Komunikasi adalah suatu bidang yang dikatakan sebagai
popular.Banyak bidang-bidang komunikasi modern sekarang ini yang memfokuskan
pada studi tentang pesan, ada juga tentang hubungan antara komunikasi dengan
bidang profesiponal lainnya termasuk hukum, bisnis, informasi, pendidikan,
ilmu computer, dan lain-lain.Sehingga
sekarang ini komunikasi sebagai ilmu social/perileku dan suatu seni yang
diaplikasikan. Disiplin ini bersifat multidisiplin, yang berkaitan dengan
ilmu-ilmu lain seperti psikologi, sosiologi, antroplogi, politik, dan lain sebagainya
Referensi
Effendy, Onong Uchjana, Komunikasi Teori dan Praktek,
Bandung: Remaja Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:Grasindo.Rosdakarya
Cangara, Hafidz,2005,
Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada
Littlejohn, Stephen W. 2001. Theories of Human
Communication. USA: Wadsworth Publishing.
Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar.
Bandung: Rosda.
Ruben, Brent D,Stewart, Lea P, 2005, Communication and Human Behaviour,USA:Alyn
and Bacon
Sendjaja,Sasa Djuarsa,1994,Pengantar
Komunikasi,Jakarta:Universitas Terbuka.
Wiryanto, 2005,
PROSES KOMUNIKASI
Berangkat dari paradigma Lasswell, Effendy (1994:11-19)
membedakan proses komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:
1. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian
pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses
komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture,
isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara langsung dapat/mampu
menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.
2. Proses komunikasi sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana
sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Seorang komunikator menggunakan media ke dua dalam
menyampaikan komunikasike karena komunikan sebagai sasaran berada di tempat
yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar,
majalah, radio, televisi, film, dsb adalah media kedua yang sering digunakan
dalam komunikasi. Proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang
dapat diklasifikasikan sebagai media massa (surat kabar, televisi, radio, dsb.)
dan media nirmassa (telepon, surat, megapon, dsb.).
FUNGSI KOMUNIKASI
William I. Gorden (dalam Deddy Mulyana, 2005:5-30) mengkategorikan fungsi komunikasi
menjadi empat, yaitu:
1. Sebagai komunikasi sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya
mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita,
aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan,
terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang
bersifat menghibur, dan memupuk hubungan hubungan orang lain. Melalui
komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar,
perguruan tinggi, RT, desa, ..., negara secara keseluruhan) untuk mencapai
tujuan bersama.
2. Sebagai komunikasi ekspresif
Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan
(emosi) kita.Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui
pesan-pesan nonverbal.Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih,
takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun bisa
disampaikan secara lebih ekpresif lewat perilaku nonverbal.Seorang ibu
menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai kepala anaknya.Orang dapat
menyalurkan kemarahannya dengan mengumpat, mengepalkan tangan seraya melototkan
matanya, mahasiswa memprotes kebijakan penguasa negara atau penguasa kampus
dengan melakukan demontrasi.
3. Sebagai komunikasi ritual
Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan
sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebaga rites
of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan,
siraman, pernikahan, dan lain-lain. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan
kata-kata atau perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik.Ritus-ritus
lain seperti berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji,
upacara bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda,
perayaan lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga adalah komunikasi ritual.Mereka
yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali
komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa.Negara, ideologi, atau
agama mereka.
4. Sebagai komunikasi instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum,
yaitu: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan
tindakan, dan juga menghibur.
Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk
menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan
tersebut. Studi komunika membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang
dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang
lain demi keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi sebagi instrumen untuk
mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun
tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian,
menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material,
ekonomi, dan politik, yang antara lain dapat diraih dengan pengelolaan kesan
(impression management), yakni taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti
berbicara sopan, mengobral janji, mengenakankan pakaian necis, dan sebagainya
yang pada dasarnya untuk menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita seperti
yang kita inginkan.
Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat
keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing
ataupun keahlian menulis.Kedua tujuan itu (jangka pendek dan panjang) tentu
saja saling berkaitan dalam arti bahwa pengelolaan kesan itu secara kumulatif
dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupa keberhasilan dalam
karier, misalnya untuk memperoleh jabatan, kekuasaan, penghormatan sosial, dan
kekayaan.
Berkenaan dengan fungsi komunikasi ini, terdapat beberapa
pendapat dari para ilmuwan yang bila dicermati saling melengkapi.[1] Misal
pendapat Onong Effendy (1994), ia berpendapat fungsi komunikasi adalah
menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Sedangkan Harold
D Lasswell (dalam Nurudin, 2004 dan Effendy, 1994:27) memaparkan fungsi
komunikasi sebagai berikut:
- Penjajagan/pengawasan lingkungan (surveillance of the information) yakni penyingkapan ancaman dan kesempatan yang mempengaruhi nilai masyarakat.
- Menghubungkan bagian-bagian yang terpisahkan dari masyarakat untuk menanggapi lingkungannya .
- Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya.
Komunikasi Menurut Colin Cherry
Colin Cherry
Komunikasi adalah proses dimana pihak-pihak saling
menggunakan informasi dengan untuk mencapai tujuan bersama dan komunikasi
merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerus rangsangan dan
pembangkitan balasannya.
Definisi komunikasi : Menurut Forsdale (1981)
seorang ahli pendidikan terutama ilmu komunikasi : Dia menerangkan dalam sebuah
kalimat bahwa “communication is the process by which a system is established,
maintained and altered by means of shared signals that operate according to
rules”. Komunikasi adalah suatu proses dimana suatu sistem dibentuk,
dipelihara, dan diubah dengan tujuan bahwa sinyal-sinyal yang dikirimkan dan
diterima dilakukan sesuai dengan aturan.
Analisis : Komunikasi adalah sebuah cara yang
digunakan sehari-hari dalam menyampaikan pesan/rangsangan(stimulus) yang
terbentuk melalui sebuah proses yang melibatkan dua orang atau lebih. Dimana
satu sama lain memiliki peran dalam membuat pesan, mengubah isi dan makna,
merespon pesan/rangsangan tersebut, serta memeliharanya di ruang publik. Dengan
tujuan sang “receiver” (komunikan) dapat menerima sinyal-sinyal atau pesan yang
dikirimkan oleh “source” (komunikator).
Langganan:
Postingan (Atom)